Lagum atau Meriam Bambu, Turut Meriahkan Gawai Dayak


BENGKAYANG - Berbagai permainan rakyat digelar panitia Gawai Dayak dalam masyarakat Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang menyebutnya MAKA' DIO pada tahun ini.

Perayaan Gawai di desa ini, sengaja diisi dengan berbagai permainan- permainan rakyat, dengan tujuan memperkenalkannya kepada generasi sebagai upaya pelestarian.

link video https://youtu.be/4EkdVGs7TUc

Permainan rakyat Lagum, atau meriam bambu. Permainan ini dikhususkan pada kategori anak-anak. Dan permainan lagum ini memang cukup ekstrim untuk klasifikasi anak-anak. Tetapi koordinator permaian dan panitia telah, menetapkan teknis dan cara permainannya yang aman bagi anak, serta diawasi oleh orangtua mereka. 

Kepala Desa Cipta Karya, Benyamin Kalvin menyebutkan, permainan tradisional ini sudah ada sejak dahulu. Sehingga untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan modernisasi saat ini, pihaknya bersama panitia gawai merangkainya dalam perlombaan.

"Ini adalah kearifan lokal yang perlu kita jaga, karena dengan kemajuan teknologi saat ini permainan lagum jarang dimainkan. Sehingga kita berupaya mengenalkannya dengan cara membuat lomba", katanya, Sabtu (23/4/2022).

Hal senada juga disampaikan koordinator permainan lagum, Chovery Anyullis, bahwa untuk menggelar permainan ini panitia melibatkan pendampingan orangtua agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan.

"Kita juga sudah mengatur permainan ini aman untuk anak-anak, karena standar bambu sudah kita buat dengan menggunakan bambu yang tebal. Dan pada pelaksanaan lomba, orangtua dan panitia juga ikut mengawasi", kata Chovery.

Bahan baku dari permainan ini, terbuat dari bambu yang telah dipotong sesuai ukuran dan ketebalan yang sudah ditetapkan panitia. Jenis bambu tebal yang digunakan ini pun masih banyak dijumpai di Desa Cipta Karya. Sehingga masyarakatnya mengerti betul akan kekuatan bambu, jika dipakai untuk permainan lagum ini.

"Tujuan kita adalah memeriahkan Gawai dan melestarikan permainan ini. Karena pada era digitalisasi dan modernisasi saat ini, anak-anak kita sudah sibuk dengan gadget. Oleh karena itu dengan diadakannya permainan ini dapat menambah permainan mereka", kata Chovery menambahkan.

Setelah diisi dengan minyak tanah, kemudian dipanaskan dengan menyulut api sekitar 5 menit hingga 10 menit. 

Jika minyak sudah panas lalu ditiup lubang sulut, dengan tujuan membuang asap yang ada dalam bambu. Tapi asapnya tidak boleh dikosongkan, karena akan berpengaruh kepada kekuatan dentuman meriam, ketika disulut api.

Tetapi lebih berbahaya jika asap tidak dikeluarkan, karena akan mengakibatkan minyak yang ada didalam bambu, bisa memyembur keluar melalui lubang sulut meriam dan dapat mengenai wajah si penyulutnya.

"Kriteria penilaian kita melihat jarak tembakan ya, jadi kita isi meriamnya dengan kaleng bekas, setelah ditembakkan maka kita ukur yang paling jauh nilainya tinggi", tutup Chovery.

Dengan digelarnya permainan tradisional ini diharapkan dapat melestarikan permaian rakyat yang saat ini dirasakan sudah mulai tergerus kemajuan game online. (admin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak