Mahalnya Bahan Kayu, Tradisi Permainan Meriam Karbit Dimodifikasi


PONTIANAK - Dalam menyambut lebaran, Kota Pontianak terlihat ramai. Termasuk keramaian disalah satu destinasi wisata tepian Sungai Kapuas, yang digunakan warga bermain meriam karbit menyambut hari Raya Idul Fitri.

Disini meriamnya ditata rapi dan terbuat dari kayu yang telah diikat dengan rotan, sehingga dipastikan tidak akan pecah ketika didentumkan. 

Dari berbagai kalangan, masyarakat kota maupun luar kota Pontianak berdatangan untuk menyaksikan dentuman meriam besar ini. Kenapa tidak, selain ukurannya yang besar, suara dentuman yang dihasilkan juga menguncang tempat kita berdiri.

Masyarakat dikelurahan Tambelan Sampit ini, jauh sebelumnya telah sepakat untuk bergotong royong mengadakan permainan ini. Karena, tradisi ini sudah turun temurun digelar pada hari-hari tertentu termasuk menyambut lebaran.

Salah seorang panitia permainan meriam karbit di Kelurahan Tambelan Sampit, Chandra berharap kepada Pemerintah Kota Pontianak agar festival meriam karbit kembali digelar. Karena sejak pandemi Covid-19 festival tradisi masyarakat tepian Sungai Kapuas ditiadakan.

"Kita berharap agar festival meriam karbit ini kembali digelar. Agar tradisi dan permainan ini tetap terjaga. Peserta pun lebih semangat dalam berkreatifitas mengikutinya", kata Chandra saat ditemui pada malam lebaran 1443 H/2022M yang lalu.

Meski tanpa Festival, melalui kepanitiaan internal, tradisi ini tetap diwujudkan sebagai langkah pelestarian tradisi.

"Kita warga disini sudah bergotong royong untuk mengadakan permainan ini. Sejak puasa kita sudah persiapkan khusus untuk menyambut lebaran. Jadi kita kelola secara mandiri", tambahnya.

Lain halnya di Kelurahan Banjar Serasan, Pontianak Timur. Meriam yang digunakan terbuat dari besi. 

Peralihan bahan baku pembuatan meriam tersebut adalah karena sulitnya mendapatkan serta mahalnya bahan kayu.

Jadi, supaya tradisi tidak hilang, maka dimodifikasi dari bahan besi untuk menghasilkan dentuman yang sama.

"Maklumlah, kayu dah sulit dicari dan harganya pun sedang gak. Jadi kita aliran ke bahan besi. Perawatannya pun enak, abis kita mainkan disusun dan jika mau dipakai dicat lagi", kata Indra Wahyudi, Ketua RT 01 RW 08 Kel. Banjar Serasan.

Ia menuturkan, wujud dan cara bermain meriam karbit besi ini, samahalnya dengan meriam karbit dari kayu. Hanya berbeda ukuran, sedangkan bahan bakarnya sama sama menggunakan karbit.

"Kalau suaranya sama saja, hanya kalau meriam dari besi ini suaranya lebih pedas. Lain kalau meriam dari kayu suaranya lebih bulat", jelasnya.

Dari perspektif pelestarian tradisi, masyarakat tepian Sungai Kapuas secara umum berharap, tradisi ini kembali digelar dengan festival, agar lebih semarak dan lebih semangat. 

"Kami berharap, jika ada festival meriam karbit, jenis besi ini diikutkanlah. Supaya ramai dan meriah. Karena rata-rata kami disini sudah beralih ke meriam karbit besi. Ini maksudnya karena sulitnya bahan kayu tadi. Jadi dengan kita buat besi ini tradisi pun tak hilang", harapnya.


Tradisi tidak akan hilang ditelan jaman, jika ada kesamaan visi untuk menjaganya.

Salah satunya tradisi permainan tradisional meriam karbit ini, sudah terkenal hingga ke mancanegara. 

Oleh sebab itu, mari tetap kita jaga tradisi dan budaya Indonesia, (admin).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak