Penelitian Belanda : Karo Demokrat Republikan Menggambarkan Karakter Yang Demokratis


SINTANG - Hal itu disampaikan oleh Dr. Yakub Ginting S.H.,C.N.,M.Kn pada ceramah budaya Karo kepada warga suku Karo yang ada di Sintang. Perlu diketahui bahwa Yakup Ginting saat ini juga masih aktif sebagai Hakim Agung di Mahkamah Agung.

Ceramah budaya ini merupakan bagian dari kegiatan Pekabaran Injil (PI) Klasis Jakarta - Kalimantan melalui GBKP Runggun Pondok Gede. Pemberian materi budaya Karo tersebut berlangsung di gang Barus kediaman Rasmin Barus selaku ketua persekutuan ibadah keluarga GBKP di Sintang, Minggu (15/5/2022).

Acara ini digelar usai melaksanakan ibadah Minggu yang dihadiri warga Karo Kota Sintang sekitarnya.

Dr. Yakub Ginting S.H.,C.N.,M.Kn dalam ceramah budaya Karo mengangkat tema "Dua Belas Aturan Hidup Dalam Budaya Adat Karo" dengan tujuan menambah pengetahuan warga Karo rantau yang ada di Sintang. Karena menurutnya, saat dirinya melakukan penelitian untuk bahan tesisnya semasa kuliah terungkap bahwa, di wilayah Sumatera Utara saja pemahaman tentang hal tersebut sudah tidak diketahui dengan baik. Sehingga dirinya merasa penting agar pengetahuan tentang aturan-aturan yang ada pada kehidupan suku Karo harus diketahui bersama, agar tidak terjadi pelanggaran etika.

Selain itu, hal yang patut diketahui bersama, katanya, bahwa menurut menurut hasil penelitian Belanda sewaktu masih menjajah beberapa negara dahulu, suku Karo dikatakan bersifat demokratis. Oleh karena itu, Belanda menyebut "Karo Demokrat Republikan" yang berarti dari seluruh suku-suku jajahan Belanda di Asia-Afrika, suku Karo termasuk yang paling demokratis.

"Alasannya adalah, karena Belanda mencatat pada suku Karo ada tradisi ertutur (bahasa karo). Ertutur merupakan cara untuk mengetahui tingkat kekerabatan dengan yang lain melalui pembicaraan yang mendalam dan melihat silsilah keturunan.

Dari ertutur nantinya juga akan muncul sifat saling menyegani sesama warga Karo", kata Hakim Mahkamah Agung ini menjelaskan.

"Yang kedua adalah budaya runggu (ind : musyawarah). Tidak ada satu persoalan pun yang tidak bisa diselesaikan jika dilakukan runggu. Semuanya dimusyawarahkan dengan baik dan teratur", lanjutnya.

Warga Karo yang hadir sangat antusias mendengar ceramah budaya yang disampaikan serta ceramah diselingi juga dengan Landek atau menari. Hal ini sengaja dilakukan agar timbul suasana yang bernuansa seperti di Taneh Karo Simalem (Takasima).

Pertua GBKP Runggun Pondok Gede ini mengajak seluruh warga Karo dimanapun berada agar selalu melestarikan budaya dan adat. Agar seiring kemajuan teknologi dan modernisasi saat ini budaya tidak luntur. (admin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak