Sejak pagi hari, masyarakat Desa Jawa tengah, Kabupaten Kubu Raya telah mempersiapkan makanan secara bersama sama dan dibawa ke masjid untuk makan bersama.
Pada acara ini yang menjadi menu khas yaitu ketupat dan lepat serta dikombinasikan dengan berbagai lauk pauk sesuai selera masyarakatnya.
Tradisi ini rutin dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri itri.
Tradisi lebaran ketupat di desa ini hingga saat ini masih terus dilaksanakan sebagai budaya dari nenek moyang yang lebih lazim disebut dalam bahasa Jawa Bodho Kupat.
Seketaris Masjid Nurul Iman Desa Jawa Tengah, Nurohim menyebutkan bahwa acara ini sekaligus mengungkapkan rasa syukur dan berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
"Harapan kami agar diberi kesehatan dan dapat bertemu pada Ramadan dan Idul Fitri yang akan datang", katanya.
Tradisi lebaran ketupat ini diselenggarakan setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari sebagai penanda akhir dari silaturahmi saling mengunjungi dari rumah ke rumah.
Makanan khas yang menjadi menu utama ini tentunya memiliki makna yang terkandung, tidak hanya sekedar berkumpul dan menikmatinya saja, namun ada arti yang mendalam sebagai nilai tradisi dan filosofi kehidupan masyarakat.
Ketua Masjid Nurul Iman Desa Jawa Tengah H. Taufik Sukirman menuturkan bahwa tradisi ini sejak dirinya belum lahir telah dikenalkan oleh nenek moyang. Sehingga dalam kegiatan ini juga memiliki makna dan edukasi kepada masyarakat.
"Membawa ketupat dan lepat ini memiliki makna saling memaafkan istilahnya lepat-lepatan selama satu tahun, jadi pada hari ini kita sama-sama mengadakan syukuran yang selama ini dikenal dengan puasa enam. Itulah tradisi kita syukuran dan saling memaafkan", ucapnya, Sabtu (29/04/2023).
Terlaksananya kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat demi terciptanya kerukunan dan keharmonisan dalam interaksi kehidupan antar sesama.
Tradisi bodho kupat atau lebaran ketupat ini menunjukkan bahwa nilai tradisi yang ada sejak dahulu mencerminkan kebersamaan dan semangat gotong royong yang masih terjaga.
Diharapkan tradisi ini dapat terus dilanjutkan oleh generasi milenial yang saat ini seakan tergerus dari kemajuan teknologi. Agar kehidupan berbudaya dan semangat gotong royong tetap terpelihara di Nusantara. (admin)